Menurut Ki Hadjar Dewantara, pengajaran memiliki makna yang berbeda dengan pendidikan. Pengajaran adalah tentang bagaimana seorang guru membekali murid-muridnya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga bermanfaat untuk hidup mereka. Sedangkan pendidikan dapat diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak. Jadi, mendidik berarti menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, sehingga mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Pada
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7 yang saya ikuti, di modul 1.1 saya
mempelajari tentang refleksi filosofis pendidikan nasional yang dikemukakan
oleh Ki Hadjar Dewantara. Banyak perubahan yang terjadi pada diri saya setelah
mempelajari modul ini.
Sebelum
mempelajari modul 1.1, saya beranggapan bahwa pembelajaran di kelas adalah
tentang bagaimana murid-murid memahami materi pembelajaran secara tuntas sesuai
dengan alokasi waktu yang telah saya tentukan di program tahunan dan program
semester. Hal ini mengakibatkan pembelajaran yang saya lakukan cenderung hanya untuk
menuntaskan materi yang harus saya ajarkan kepada murid. Seringkali saya merasa kecewa jika banyak murid saya
yang nilainya tidak mencapai KKM saat melaksanakan tes sumatif. Saya juga tidak
melakukan asesmen diagnostik baik kognitif maupun non kognitif, sehingga saya
kurang memahami pengetahuan awal, serta minat dan gaya belajar murid.
Pelajaran
pada modul 1.1 benar-benar telah mengubah pola pikir saya mengenai pembelajaran
dan pendidikan. Sekarang saya menyadari bahwa kegiatan pembelajaran tidak hanya
tentang transfer ilmu saja, melainkan juga bagaimana guru bisa memfasilitasi murid
dalam hal penumbuhan karakter dan budi pekerti, serta memberikan mereka bekal softskill
yang harus dimiliki oleh murid untuk bisa beradaptasi dengan zaman. Saya
mengajar dan mendidik anak-anak. Salah satu kodrat anak adalah bermain. Oleh karena
itu pembelajaran haruslah menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi murid. Guru
harus bisa menjadi fasilitator bagi murid agar mereka terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
Dalam hal
asesmen, hasil asesmen sumatif bukanlah satu-satunya asesmen yang bisa menjadi indikator
keberhasilan pembelajaran kita. Sebagai guru, seyogyanya kita menyadari bahwa
belajar merupakan sebuah proses. Asesmen formatif diperlukan untuk memperbaiki
proses pembelajaran yang kita lakukan. Melalui asesmen formatif, guru bisa
mengetahui hambatan apa saja yang dialami oleh murid selama belajar sehingga
guru bisa memberikan tindak lanjut yang tepat agar proses pembelajaran menjadi
lebih baik.
Sebagai guru,
kita harus bisa mengenal karakteristik murid-murid yang kita ajar, termasuk kemampuan
awal penguasaan terhadap materi ajar, gaya belajar, serta kondisi-kondisi
lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui. Salah satu cara untuk bisa
mengetahui profil belajar anak adalah dengan melakukan asesmen diagnostik.
Setelah memahami
pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, tentu saya harus membuat
beberapa perubahan di kelas saya agar proses pembelajaran bisa lebih baik. Beberapa
hal yang bisa saya terapkan antara lain saya harus bisa melaksanakan kegiatan
yang berpusat kepada murid. Murid harus aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran agar proses
belajar menjadi menyenangkan, menantang, serta bermakna bagi mereka. Agar tidak
membosankan, kegiatan pembelajaran harus dibuat bervariasi, baik dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh murid, media, maupun konten pembelajaran.
Seperti yang
sudah dipaparkan pada bagian sebelumnya, pendidikan bukan sekedar transfer
materi ajar dari guru kepada murid. Kecerdasan budi pekerti anak merupakan hal
yang sangat penting. Sebagai guru, saya harus melakukan pembiasaan-pembiasaan
yang berguna untuk menumbuhkan akhlak dan budi pekerti bagi murid, baik di
kelas maupun di luar kelas. Misalnya pembiasaan mengucapkan salam dan menyapa
saat bertemu guru atau teman, berdoa sebelum belajar, membantu teman yang
kesusahan, dan sebagianya.
Selain itu, saya
juga harus menjadi seorang guru yang reflektif. Asesmen formatif perlu saya
lakukan untuk penyempurnaan proses kegiatan belajar mengajar. Asesmen ini
berguna untuk mengukur kemajuan proses belajar murid serta sebagai bahan
refleksi bagi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Saya juga harus
melakukan asesmen diagnostik, baik kognitif maupun non kognitif, agar bisa memperoleh
data yang akurat tentang kemempuan awal murid, gaya belajar murid, serta
informasi-informasi lain yang dapat menunjang proses pembelajaran.
Sejatinya,
seorang guru harus terus menambah pengetahuan dan mengasah keterampilannya agar
bisa mendampingi murid-murid untuk belajar sesuai dengan kodratnya. Dengan
proses pembelajaran yang berkualitas para guru diharapkan bisa mencetak
generasi muda yang berakhlak sekaligus berilmu, sehingga mereka bisa menjadi
pribadi yang bermanfaat, baik bagi dirinya maupun untuk masyarakat di
sekitarnya.
0 komentar:
Posting Komentar